Kirab Ambeng 1.000 Takir Dalam Rangka Gebyar Muharam 1446 H mendapat Dukungan Komunikasi ORARI Lokal Kabupaten Pemalang

PEMALANG 8 Juli 2024 – ORARI Lokal Kabupaten Pemalang melaksanakan Dukungan Komunikasi Kirab Ambeng 1.000 Takir dalam rangka menyambut datangnya Tahun Baru Islam 1446 Hijriyah yang diselenggarakan oleh Pemerintah Desa Cibuyur bekerja sama dengan Ranting Organisasi Nahdatul Ulama Cibuyur Kecamatan Warungpring Kabupaten Pemalang pada hari Minggu, 7 Juli 2024 dimulai pukul 19:30 WIB.
Kegiatan tersebut diawali dengan Pawai Obor yang diikuti oleh ratusan warga masyarakat dengan membawa Obor Ambeng yang dibungkus dengan takir dilanjut dengan Istiqosah dan Pengajian.Sebagai Kordinator Lapangan Dukungan Komunikasi adalah YG2ASO Toyib Mustofa yang juga Ketua Organisasi Relawan Warungpring Reaksi Cepat , YG2AXU Edi Mualim Humas ORARI Lokal Kabupaten Pemalang, YD2IKD Seno Aji P Seksi Kegiatan, YG2AXH Iwanto Seksi Monitoring YG2BXR, YG2BZD, YG2CAP , YG2CAB, YG2BKY, YG2BJA dan dipantau langsung Wakil Ketua ORARI Lokal Kabupaten Pemalang YD2KFP Dwi Sulistyawan.

Bupati Pemalang, Anggota DPRD Kabupaten Pemalang, Muspika Kecamatan Warungpring, tokoh Organisasi dan masyarakat turut hadir dalam kegiatan tersebut.

Dalam sambutanya Ketua panitia menyampaikan makna dari Ambeng dan Takir.
Ambengan adalah nasi putih yang ditempatkan dalam wadah. Ambengan merupakan gambaran dari bumi (tanah) sebagai tempat hidup dan kehidupan semua makhluk ciptaan Tuhan, baik itu manusia, hewan, tumbuhan dan lainnya yang harus dijaga dan dilestarikan.

Adapun nilai yang terkandung dalam tradisi ini adalah sebagai ungkapan rasa syukur atas segala karunia yang di berikan Tuhan kepada kita.

Nilai gotong royong (rukun), dengan adanya ambengan menunjukkan sikap rukun atau lebih tepatnya gotong royong jauh dari rasa permusuhan dan saling tolong menolong dalam kebaikan. Tradisi ambengan ini milik bersama, dilaksanakan oleh seluruh lapisan masyarakat, dijiwai oleh rasa kebersamaan saling tolong menolong tanpa rasa perselisihan.

Nilai saling menghormati (pluralisme), pada hakikatnya, ambengan merupakan sikap atau ekspresi dari rasa syukur. Di tempat itu semua orang menjad isatu atas nama persaudaraan. Ambengan bagi masyarakat jawa merupakan perwujudan sikap saling menghormati perbedaan atau pluralisme.

Sedangkan Takir dibentuk dengan melipat kedua sisi daun pisang dengan menyeimbangkan dua sisinya kemudian dikunci atau ditusuk dengan lidi tajam agar takir bisa berdiri dan apabila dijadikan wadah maka isinya tidak tumpah.

Takir dibuat dengan hati-hati dan jangan sampai tinggi sebelah atau robek daun pisangnya sehingga menyebabkan takir tidak sempurna dan bila diisi makanan bisa tumpah dan berceceran.

Kata “takir” sendiri berasal dari “nata” karo “mikir” (menata dan berpikir) yang bermakna bahwa dalam kehidupan senantiasa harus mempertimbangkan dan menata setiap langkah yang diambil dengan pemikiran tenang, saksama, mendalam, dan berhati-hati agar mendapatkan hasil yang terbaik.

Dalam membuat takir juga diperlukan keseimbangan serta keselarasan antara kedua sisi agar takir bisa berdiri kokoh dan berguna. Artinya dalam kehidupan diperlukan keseimbangan, harmonisasi dan keselarasan atau keserasian dalam segala hal agar tidak “njomplang” karena berat sebelah.

Lidi yang tajam dan keras berfungsi mengunci takir agar tetap pada bentuknya dan kokoh. Lidi merupakan lambang dari niat, tekad dan keteguhan hati agar tidak mudah jatuh, putus asa serta kegigihan menjalani kehidupan.

Penggunaan daun pisang dirasa lebih praktis, bila dibuang juga gampang terurai dan kembali ke alam (simbol hubungan manusia dengan alam yang selaras dan tidak terpisahkan).

Takir juga melambangkan kesederhanaan, kreativitas yang canggih, produk lokal masa lalu yang tak lekang oleh zaman, juga kemandirian juga sebagai wahana nostalgia dan melambangkan kedekatan manusia dengan alam.

Di sisi lain, takir juga sarat dengan makna relijius bahwa makna takir selain “nata” karo “mikir” adalah “takwa dan zikir”. Dua hal penting yang tidak lain merupakan “wadah” dari amalan-amalam kita sebagai makhluk Tuhan.
Dan setiap warga membawa “7 Takir” ( bahada jawa pitu yg memiliki makna pitulung = Penolong dalam menata pikiran ).

Ketua ORARI Lokal Kabupaten Pemalang YC2KQT dr H Agus Yulianto Prabowo ditempat terpisah menyampaikan Terimakasih pada anggota yang telah berpartisipasi pada kegiatan Dukungan Komunikasi Kirab Ambeng 1.000 Takir, sebagai wujud peran ORARI dalam Pengabdian masyarakat.

ORARI Lokal Kabupaten Pemalang…….OYE

Lihat Artikel Sumber